Group Aespa dan Naevis
Aespa, grup perempuan yang diluncurkan oleh SM Entertainment, adalah contoh paling menonjol tentang penggunaan AI dalam K-Pop. Dalam konsep mereka, setiap anggota memiliki ‘alter ego’ AI, yang disebut ae, contohnya adalah Naevis, avatar AI dari anggota Winter. Naevis dan avatar lainnya memiliki wujud mereka sendiri dan berinteraksi dengan anggota ‘nyata’ dalam berbagai konten media.

Picture 1: Aespa Group. Source: youtube.com
Naevis dan karakter AI lainnya dalam Aespa memiliki keberadaan mereka sendiri dalam dunia virtual ‘KWANGYA‘ dan dapat berinteraksi dengan anggota manusia dan penggemar melalui konten media. Hal ini menciptakan lapisan interaktivitas tambahan dan dimensi baru dalam pengalaman fans. Selain itu, avatar AI ini juga tampil dalam video musik dan konten lainnya, menambahkan elemen fantasi dan futuristik ke grup.
Mave = The AI Group
Sementara itu, Mave adalah contoh lain dari grup K-pop yang memanfaatkan teknologi AI. Mave adalah grup virtual lengkap, dengan semua anggota merupakan karakter AI. Setiap karakter memiliki kepribadian dan penampilan yang unik, dengan suara yang dibuat melalui teknologi sintesis suara. Mave menawarkan pendekatan yang berbeda dari Aespa, karena semua anggotanya adalah AI, tetapi kedua grup ini menunjukkan bagaimana AI bisa digunakan untuk menciptakan pengalaman baru dan menarik dalam dunia K-Pop. Nama dari masing-masing anggota Mave ada Siu, sebagai leader dan lead-vocalist, Zena sebagai main-vocalist, Marty sebagai dancer dan rapper, dan yang terakhir Tyra sebagai Main Rapper dan maknae (termuda di group)

Picture 2: Mave. Source: https://www.celebrities.id
Fenomena ini bukan hanya tentang mengikuti tren teknologi saja, tetapi juga mencerminkan upaya untuk menciptakan pengalaman baru dan memperdalam hubungan antara artis dan penggemarnya. Melalui AI, penggemar dapat berinteraksi dengan idola mereka dalam cara yang belum pernah ada sebelumnya, baik melalui konten langsung atau pengalaman virtual.
Challengenya dibandingkan grup musik yang berisi manusia?
Namun, fenomena ini juga membawa tantangan. Tidak hanya dari segi musik, namun juga bagaimana konsep AI dapat menjual lebih banyak merchandise dibandingkan dengan group yang berisikan manusia normal. Pentingnya kreativitas bentuk merchandise yang dijual menjadi salah satu keberhasilan group korea berbasis AI ini. Tidak hanya itu, namun juga adanya kekhawatiran tentang potensi penyalahgunaan teknologi AI, seperti pelanggaran privasi dan masalah etis lainnya. Meskipun demikian, fenomena AI dalam grup K-Pop telah membuka pintu ke masa depan musik dan hiburan yang serba digital dan interaktif. Dengan peran AI yang semakin besar dalam dunia hiburan, kita dapat mengharapkan penemuan dan inovasi lebih lanjut dalam cara kita menikmati musik dan berinteraksi dengan idola kita.